Kamis, 08 Januari 2009

"Troya", I dont think so


Legenda kuda troya (trojan) tentu sudah banyak yang mendengar. Bahkan sudah di abadikan menjadi salah satu tipe virus (wahana pencuri data) dalam ilmu teknologi informasi, juga telah diangkat kedalam film dengan judul yang sama.
Cara ini pernah juga terjadi pada saat acara yang melibatkan kehadiran seorang petinggi negara (presiden:red) di Maluku, dan dibuat tak berkutik dengan kehadiran 30 orang penari “pecellele” dengan mengusung sebuah nama “RMS”. Betapa dahsyatnya efek dari kejadian ini, RMS berhasil menunjukan bahwa mereka eksis(ada) dan ini pukulan telak bagi pihak kepolisian yang dianggap gagal dalam mengantisipasi kejadian ini.
Kalau dalam study orientalis maka kita akan menumukan nama Snouck Hurgronje, seorang orientalis yang disusupkan Belanda ke Aceh pada tahun 1857, untuk memecah persatuan rakyat Aceh dari dalam. Snouck Hurgronje merupakan sosok orientalis yang akrab dengan Islam, dan para ulama indonesia, oleh karenanya ia dengan mudah memenjarakan rakyat aceh dalam kotak-kotak kecil untuk di adu satu dengan yang lain. Hasilnya tidak begitu lama Aceh takhluk di tangan Belanda.
Kalau di era modern ini, "pengkotakan" yang terjadi bisa dilakukan lewat wacana-wacana yang dibiarkan liar berkembang dengan dalih liberalisasi pemikiran, tanpa didasari dengan kerangka nasionalisme yang tuntas maka yang terjadi adalah perpecahan. kepentingan golongan yang menonjol jika dibandingkan dengan kepentingan nasional. Kita dibagi bagi dalam beberapa golongan pemikiran, dan di dalamnya masih dibagi lagi menjadi bebrapa kelompok yang saling serang, ini konyol.
Oleh karenanya para bapak bangsa kita menancapkan pancasila sebagai tonggak pemersatu yang tidak bisa ditawar. pancasila akan efektif bekerja menjadi alat pemersatu dikala semua komponen bangsa berpikir sesuai dengan semua sila di dalamnya. seperti wacana liberalisme islam yang mengemuka akhir-akhir ini, bisa kita sikapi dengan mengedepankan sila pertama (ketuhanan yang maha esa) dan sila ke tiga (persatuan indonesia) maka semuanya akan menyadari dan mengedepankan sikap toleransi, untuk tidak main hakim sendiri, sehingga memecah belah persatuan. toh perbedaan adalah kodrat dari manusia, dan biarkan saja ribuan bunga bermekaran ditaman, Indonesia akan tetap harum.
Selama Pancasila sudah menjadi nafas kita dalam berbangsa maka akan sangat mudah bagi kita melawan kuda troya yang masuk kedalam bangsa ini.

2 komentar:

  1. Bingung aku, hubungannya kuda troya, Snouck Hurgronje dan Pancasila apa, ya?

    Tapi, ya sudahlah. Pentingnya adalah Pancasila itu harus diamalkan, bukan sekedar jadi barangan pajangan untuk gaya-gayaan. Sekarang yang terjadi, justru begitu. Ngakunya Pancasila, tapi kelakuan ga sama sekali.

    BalasHapus
  2. kuda troya apike diadu karo kuda lumping kang, nah sing menang ntar dipertemukan sama kuda hitam di partai berikutnya, nek menang meneh dimusuhke kuda kularigagah berani...

    nek kalah disate wae, di dol neng pertelon ndogantungan

    *weh, ndremimil opo to aku?*

    BalasHapus